Indeks Persaingan Digital 2020: Infrastruktur Digital Indonesia Baik, Tapi SDM-nya Lemah
[KBR|Warita Desa] Jakarta| Indonesia dinilai punya infrastruktur digital yang baik. Namun, sumber daya manusia (SDM)-nya belum siap memanfaatkan infrastruktur tersebut.
Kondisi itu dijelaskan East Ventures (EV) dalam laporan riset Digital Competitiveness Index 2020 yang dirilis Kamis (30/1/2020).
EV adalah perusahaan modal ventura yang telah berinvestasi di ratusan startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Beberapa startup jagoannya adalah Traveloka, Tokopedia, dan Ruangguru.
Pasar Besar yang Belum Tergarap Maksimal
EV memandang Indonesia sebagai pasar ekonomi digital yang sangat potensial, karena di tahun 2018 saja sudah ada sekitar 171 juta penduduk yang mengggunakan internet.
Mereka juga menilai infrastruktur digital Indonesia sudah cukup memuaskan.
"Infrastruktur yang mendukung pengembangan ekonomi digital secara langsung, yakni rasio elektrifikasi, tingkat gangguan listrik, rasio rumah tangga yang memiliki sambungan telepon, dan rasio desa yang mendapat sinyal kuat, serta sinyal 4G dan 3G," jelas EV dalam laporannya.
Namun, pasar ekonomi digital itu belum tergarap maksimal karena masalah SDM. Menurut EV, SDM Indonesia yang menguasai teknologi digital masih sangat sedikit jika dibanding dengan pasarnya yang sangat besar.
EV menilai hal itu terjadi karena masih minimnya program pendidikan tinggi yang terkait digitalisasi, seperti teknik informatika, ilmu Komputer, matematika, dan statistika.
"SDM dan kewirausahaan merupakan dua pilar dengan skor terendah, yang menandakan bahwa Indonesia harus bekerja keras untuk menyiapkan SDM dan kewirausahaan untuk menghadapi ekonomi digital," jelas mereka.
Kesenjangan Daya Saing Digital
Dalam laporan risetnya, EV juga membahas masalah kesenjangan daya saing digital di Indonesia.
Kesenjangan itu terutama terjadi dalam hal kemampuan SDM dan faktor penunjangnya, seperti akses pendanaan usaha serta fasilitas pendidikan.
"Secara regional, rata-rata daya saing digital provinsi yang terletak di pulau Jawa merupakan yang terbaik, jauh melampaui wilayah lainnya," jelas mereka.
"Sebaran ketimpangan daya saing digital bukan terjadi antara wilayah barat dan timur Indonesia, atau antara kota besar dan kota kecil. Namun, ketimpangan lebih terjadi antara wilayah Jawa dan non-Jawa," lanjutnya.
Menurut riset EV, lima provinsi dengan daya saing ekonomi digital tertinggi adalah: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten.
Sedangkan lima provinsi dengan daya saing terendah adalah: Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Papua.
Meski kesenjangan masih tinggi, EV mengaku optimis bahwa potensi ekonomi digital Indonesia bisa digarap maksimal di tahun-tahun mendatang.
"E-commerce diprediksi menjadi sektor yang akan tumbuh paling cepat dalam 5 tahun kedepan, diikuti online travel, ride hailing (transportasi online), dan terakhir adalah online media," jelas mereka.
Oleh : Adi Ahdiat
Editor: Agus Luqman