Potensi Sosial Budaya

10 April 2019
Mizwaruddin
Dibaca 1.939 Kali
Potensi Sosial Budaya

Masyarakat

Struktur sosial masyarakat Desa Mutih Kulon masih mencerminkan pola kemasyarakatan yang kuat. Pola Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang merupakan perkumpulan masyarakat lapis terbawah memegang peranan yang kuat. Masyarakat menjunjung tinggi nilai gotong royong dan tepo seliro. Nilai-nilai sosial tersebut masih terlihat jelas di antaranya manakala ada warga desa yang membangun rumah, maka dengan semangat kebersamaan para tetangga ikut sambatan. Nilai kebersamaan juga tampak saat ada warga desa yang punya hajat (mantu, sunatan, puputan), maka warga desa yang lain berbondong-bondong datang ikut mengayuh bahagiyo dengan membawa sumbangan ala kadarnya.

Selain contoh di atas, masih banyak lagi kegiatan-kegiatan di masyarakat yang masih mengandung nilai-nilai kebersamaan dan toleransi antarwarga desa. Nilai-nilai inilah yang menjadi salah satu modal besar untuk menciptakan kehidupan guyub dan rukun di Desa Mutih Kulon.

Kesenian Tradisional

Meskipun saat ini sudah masuk era milineal, namun warga Desa Mutih Kulon masih tetap nguri-nguri atau melestarikan kesenian tradisional. Tidak hanya dari golongan tua, golongan muda pun masih tetap berperan aktif dalam melestarikan kesenian tradisional. Adapun kesenian tradisional yang masih lestari di Desa Mutih Kulon di antaranya adalah: seni permainan tradisional (gobag sodor, cu, azeze, dll.), pencak silat, dan rebana.

Tradisi

Selain kesenian tradisional, warga Desa Mutih Kulon juga masih memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh para pendahulunya meskipun sudah melalui proses adaptasi dengan nilai-nilai islami. Setidaknya ada lima tradisi besar yang masih dijalankan warga desa sampai saat ini.

  1. Nyadran. Nyadran merupakan tradisi sebagai ungkapan rasa syukur para petani atas hasil panennya. Kegiatan ini dikemas dengan kegiatan haul cikal bakal Desa Mutih Kulon, yaitu Syech Maulana Abdurrohma Burwatu. Kegiatan ini dilaksanakan satu tahun sekali setelah panen raya. Ciri khas dari tradisi ini adalah warga desa yang hadir membawa makanan dari rumah untuk dimakan bersama-sama keluarga di area makam Syech Maulana Abdurrohma Burwatu. Makanan yang tidak boleh ketinggalan adalah dekem, ketan salak, dan pisang raja. Tradisi ini tidak hanya diikuti oleh warga Desa Mutih Kulon saja, melainkan dihadiri juga dari beberapa desa tetangga sehingga yang hadir berjumlah ribuan orang. 
  2. Baratan. Baratan merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap malam 15 Sya'ban (Nisfu Sya'ban). Tradisi ini dilaksanakan dengan membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali diikuti dengan do'a Nisfu Sya'ban di masjid dan musholla. Selanjutnya, setelah jamaah sholat Isya', anak-anak kecil berkeliling kampung dengan membawa mobil-mobilan dari bambu/kayu.
  3. Syuronan. Berbeda dengan desa-desa pada umumnya yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syuro, tradisi syuronan di Desa Mutih Kulon dilaksanakan pada tanggal 10 Syuro/Muharom. Tradisi ini dilaksanakan dengan memberikan santunan kepada para yatama (anak yatim). 
  4. Trunjung. Trunjung adalah kegiatan silaturrahmi yang dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 1 Syawal. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu setelah berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Para warga bersama anggota keluarganya berkeliling dari kampung ke kampung, masuk dari rumah ke rumah untuk meminta maaf sekaligus menikmati suguhan yang disajikan tuan rumah. 
  5. Ruwahan. Tradisi ruwahan dilaksanakan pada bulan Sya'ban/Ruwah. Tradisi ruwahan ini bertujuan mengirim do'a/tahlil kepada para ahli kubur dengan mengadakan selametan di rumah masing-masing warga.